Oleh: M. Tasbir Rais
PADA Senin Malam (28/02/2022) sekitar pukul 22.00 Wita, seperti kebiasaan saya setiap jelang tidur malam, saya harus membuka Grup WA untuk mengetahui berbagai informasi yang aktual, tajam, dan terpercaya.
Bahwa saya kemudian melihat di berbagai Grup WA, baik grup yang milik Muhammadiyah maupun nonMuhammadiyah serta grup yang berafiliasi langsung dengan Persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri, ramai ucapan duka yang mendalam atas berpulangnya ke rahmatullah H. M. Asly Kaduppa di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Tentu saja, berita duka itu sangat mengagetkan hingga tak sedikit yang mempertanyakan kebenaran berita duka yang di-share lewat jejaring sosial itu. Namun, dengan konfirmasi atau tabayyun yang detail dari berbagai tokoh Muhammadiyah Polman ke pihak keluarga di Makassar akhirnya kita menyadari bahwa H. M. Asly Kaduppa (selanjutnya dipanggil H. Asly) memang benar telah “dipanggil pulang” oleh Sang Khalik.
Dalam Alquran Surat Ali Imran [185], Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan“.
Bahwa H. Asly telah meninggalkan tanah airnya, keluarga, sahabat, serta meninggalkan pula tetangga dengan menemui Allah Swt. Sungguh, H. Asly telah berdiam seorang diri di “rumah”-nya yang dengan iringan doa tulus dari kita yang membasahi pipi dengan tangisan permohonan ampunan kepada Allah Swt kiranya H. Asly diterima oleh Allah Swt dengan rahmat, magfirah, dan ridha-Nya.
Bahwa kita semua lahir di dunia ini, jauh di lubuk hati yang paling dalam, kita sebenarnya mempunyai kerinduan untuk kembali kepada Allah Swt. Sebab, kita berasal dari sana. Dan, “tanah air” kita yang sejati berada di sana, yaitu berada pada Allah Swt. Karena itu, Allah disebut juga Al-Mashir. Dalam sebuah ayat Alquran, Allah berfirman, wa ilayyal mashir (Dan, kepada-Kulah kembalimu semua).
Nah, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, cepat atau lambat, kita pun pasti akan mengadakan rihlah iladdir akhirah, kita akan mengadakan “perjalanan wisata” ke negeri akhirat. Kita akan meninggalkan panggung sandiwara ini. Bahwa kita semua akan kembali kepada Allah. Benar, hidup ini adalah antrian. Kita tinggal menunggu panggilan. Dan, itu yang kita sebut kematian hingga menunggu saatnya kelak menuju kampung akhirat.
Di sanalah akan diperhitungkan amal perbuatan setiap insan (manusia). Bahwa jikalau amalnya baik akan menerima balasan yang baik. Dan, jika jelek akan menerima balasan yang jelek pula. Itulah hakikat yang harus senantiasa tampak terpampang di depan penglihatan mata kita sekalian.
Karenanya, selama hidup dan kehidupan di permukaan bumi yang fana ini seyogyanyalah manakala kita senantiasa mereformasi diri sebaik mungkin dengan jalan memperbaiki hubungan kepada Allah dan sesama manusia.
Bahwa mengambil hikmah dari berbagai kematian setiap hari di sekitar kita sesungguhnya menuntut kita selalu berusaha memperbaiki diri dan keluarga untuk selanjutnya terus bergerak dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan mau berkorban untuk mencapainya.
Kini, H. Asly telah menutup buku harian kebaikannya dan mengadakan perjalanan panjang ke haribaan Allah Swt. Di mata kader Muhammadiyah, H. Asly amat familiar dengan sebutan sang Pejuang Muhammadiyah Sejati. Tentu saja, penyematan itu dilekatkan kepadanya karena concern (kepeduliannya) yang tak terhingga atau tiada henti dalam berkiprah sekaligus membawa Muhammadiyah di Tanah Mandar ini pada kemajuan di berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Selamat jalan, sang pejuang sejati. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Dan, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Nya serta masuklah ke dalam surga-Nya.”
Semoga insya Allah.
Allahumma amin.
• Penulis adalah Sekretaris Muhammadiyah Cabang Polewali, Polman.